Blogger Widgets Assalamu'alaykum, Willkommen, 안녕하세요, Selamat datang di Blog Desy!

Total Pageviews

Friday, August 23, 2013

'Tersesat' di Vienna, Austria part 1

Tepat tanggal 3 Agustus 2013 lalu saya berkesempatan mengunjungi negara Austria tepatnya di ibu kota Vienna. Negara yang terkenal dengan musik klasiknya, yap siapa lagi kalau bukan Wolfgang Amadeus Mozart atau biasa di kenal dengan nama Mozart. Saya melakukan perjalanan dari tempat tinggal saya di Albstadt, Ebingen Baden-Württemberg, Jerman dengan menggunakan kereta menuju Vienna, Austria. Lumayan, waktu itu saya mendapat tiket kereta murah seharga 49 Euro. Perjalanan Albstadt menuju Vienna memakan waktu kurang lebih 7 jam dengan kereta murah ini. Dipikir-pikir terhitung lama juga, dan saya harus umsteigen (pindah kereta) beberapa kali di stasiun-stasiun besar di Jerman.


Pukul 7 pagi saya bergegas ke Bahnhof dekat rumah. Dengan membawa 1 ransel dan 1 tas koper kecil yang lumayan berat, malah belum sarapan, eh lagi puasa waktu itu, hehehe. Saya sempat berhenti di Ulm Haufbahnhof dan München Haufbahnhof. Ahhh, rasanya mau mampir di Allianz Arena, karena saya belum pernah sama sekali kesana, padahal jarak tempat tinggal saya ke München lumayan dekat. Mungkin lain waktu nanti saya akan kesana juga. Aminn...


Alhamdulillah selama perjalanan di kereta tidak ada masalah, seperti ketinggalan kereta, kereta terlambat atau tiket tidak valid dan sebagainya, semuanya lancar. Hanya saja karena saya tidak booking seat di kereta, alhasil saya duduk di kafe kereta. Jadi ada tempat semacam kafe dan saya duduk disana. Kasian yah...


Sekitar pukul 4 sore saya sampai di Wien Westbahnhof. Sebenarnya saya masih bingung mau menginap dimana. Teman yang tinggal di Vienna merekomendasikan hostel di daerah Hutteldorf. Saya juga sudah mencatat detail alamat serta directions hostel tersebut. yang saya khawatirkan apabila hostel tersebut sudah penuh kamar. Karena saya sama sekali belum booking kamar untuk 2 hari kedepan. Dengan penuh optimis saya bergegas menuju hostel di Hutteldorf itu. Dengan berbekal directions yang saya tulis dari website hostel.com saya ikuti pelan-pelan langkah menuju hostel itu. Saya harus menggunakan subway untuk mencapai hostel tersebut.

Pertama kalinya naik subway di Austria itu rasanya berbeda sekali dengan subway di Jerman. Kalau di Jerman U-Bahn termasuk oke lah, walaupun di Austria juga bagus, tetapi saya lebih suka U-Bahn di Jerman. Dengan tiket sekali perjalanan seharga 2,10 Euro saya beli tiket tersebut di mesin tiket. Ada pengalaman buruk saat di pemberhentian terakhir di Hutteldorf, karena saya sudah lelah sekali saya tidak sadar bahwa sudah sampai di Hutteldorf. Selang beberapa menit tersadar, saya bergegas membuka pintu subway, tetapi tidak berhasil, dan subway malah berjalan kembali ke arah selanjutnya bukan ke arah sebaliknya. Saya spontan panik, karena terkunci di dalan subway sendirian. Akhirnya subway berhenti selang beberapa meter dari pemberhentian Hutteldorf, dan itu di tengah-tengah rel. Saya berhasil membuka pintu subway, tetapi saya harus melewati rel menuju stasiun dan itu sangat berbahaya. Alhamdulillah ada petugas subway datang menghampiri dari arah stasiun lalu bertanya kenapa saya ada di dalam subway dan nggak turun di stasiun. Saya malu juga, karena kecerobohan saya sendiri padahal, saya bilang aja pintu subway nggak bisa di buka. Lalu si mas petugasnya ngajak ke dalam subway lagi biar saya nanti bisa turun di stasiun. Akhirnya si petugas nganterin saya ke stasiun menggunakan subway, dan saya malu banget pas turun udah banyak penumpang lain mau naik subway itu ke arah sebaliknya, tapi ya udahlah pura-pura nggak terjadi apa-apa. Trus pas turun saya langsung ngucapin makasih ke mas petugasnya, eh dia bilang ya nggak apa-apa, terus dia bilang tas kamu udah di bawa? perhatian amat yey petugasnya, malah masih muda lagi, hahaha.


Setelah menghabiskan waktu beberapa menit dengan kejadian tadi, saya keluar stasiun menuju pencarian hostel selanjutnya. Alhamdulillah ternyata mudah menemukan hostel tersebut. Sesampainya di hostel, dengan wajah kucel hitam pekat dan saya sudah amat lelah, bayangin puasa bo, malah Vienna waktu itu panasnya pake banget, haduhhh rasanya waktu itu udah mau buka saking hausnya. Saya bilang ke resepsionisnya belum booking kamar. Kata petugas yang cowok nggak bisa, duh kalau nggak bisa berarti harus cari hostel lain, dan saya udah capek berat. Tapi kata resepsionis yang cewek masih ada kamar di Female Dorm. Jadi 1 kamar bareng cewek juga dengan 6 kasur. Semacam asrama gitu deh, tapi kamar mandi gabung dengan yang lain. Saya pikir nggak masalah deh, tho yang penting dapet kamar. Dan yang penting isi satu kamar tersebut berpenghuni cewek semua. Hostel ini menurut saya juga recommended banget. Kamarnya bersih dan fasilitas juga oke. Saya bayar hostel ini 19,5 Euro per malam plus dapat breakfast, walaupun saya nggak makan, tho lagi puasa sih.
(kamar hostel)
Setelah bertransaksi dengan si mbak resepsionis, saya menuju ruang dorm dan ternyata itu di lantai 6! Lantai paling atas di hostel tersebut. Untung ada liftnya, kalau nggak ada bisa capek gila saya. Akhirnya sampai di kamar saya langsung tepar. Istirahat sebentar lalu bergegas mandi dan sholat, karena walaupun capek berat saya nggak mau menyia-nyiakan waktu saat di Vienna. Maka sekitar pukul 6 sore saya pergi ke pusat kota Vienna sekedar melihat-lihat keramaian kota.


Berbekal City Map Vienna dari pihak hostel, tujuan saya kali ini ingin melihat suasana Karlsplatz. Dengan menggunakan subway dari Hutteldorf menuju Karlsplatz sekitar 15-20 menit. Sesampainya di Karlsplatz, saya bingung mau kemana. Pokoknya apapun yang oke untuk dijadikan objek foto pasti saya hampiri. Dan saya menemukan Karlskirche atau Church of St. Charles, gereja tua tapi lumayan untuk foto-foto, hehehe. Karena saya sendirian, bingung juga kalau mau foto diri sendiri. Mau ga mau saya harus minta bantuan orang lain dong untuk foto saya. Alhasil saya minta tolong sama cowok yang lagi asyik foto-foto juga di depan saya dan dia sendiri. Pasti dia juga butuh pertoongan orang lain dong? hahaha modus banget sih saya. Dengan PDnya saya minta tolong foto sampai 2x, dan bener aja dia juga minta tolong saya fotoin dia, hahaha tebakan saya benar.
(Karlskirche)

(suasana Karlsplatz)
Setelah foto-foto di Karlskirche, saya menuju pusat kota yang lain. Lalu saya menemukan Musikverein di Musikvereinplatz, disana biasanya terdapat konser-konser orchestra Mozart. Kalau teman-teman suka musik genre ini saya sarankan sih ikutan nonton. Tadinya saya pun mau masuk, tetapi sudah banyak sekali yang antri dan kebetulan ada rombongan tur dari China yang ingin nonton konser ini. Jadi saya urungkan niat untuk nonton konser, lagipula agak sayang uang juga sih, tiketnya muahal banget! Kalau nggak salah paling murah itu sekitar 50 Euro... Mending untuk masuk ke tempat bersejarah lain kan?
(Musikverein)


(Wien Museum)


(ala Mozart menunggang kuda)
Karena hari sudah mulai gelap, dan saya harus mencari makanan untuk berbuka puasa. Maka saya menuju tempat yang menjual makanan. Tapi karena bingung mau makan apa, alhasil jadinya beli burger McD juga deh, hehehe. Setelah foto-foto jalanan dan gedung-gedung di sekitar Karlsplatz, maka saya memutuskan untuk kembali ke hostel. Alhamdulillah perjalanan pulang naik subway lancar, nggak seperti waktu awal-awal yang ada tragedi terkunci, hehehe.


Sampai di hostel, ternyata teman sekamar saya ada orang Korea dua orang, lalu ada penghuni baru. Dua wanita dari India baru datang malam hari dan mereka friendly banget. Mereka seharian abis menjelajah Vienna dan saya langsung minta rekomendasi tempat-tempat yang oke untuk saya jelajahi esok hari. Mereka ternyata bekerja di Swiss dan holiday di Vienna. Mereka juga nawarin saya untuk berkunjung ke Swiss, karena dari tempat saya ke tempat mereka cukup dekat.

(teman hostel dari India)



*bersambung ke Part 2*

2 comments:

  1. hello kak desy, kakak ini di austria/vienna sebagai student exchange kah?
    saya sangat tertarik sekali dengan pengalaman2 orang yang dapat kesempatan bisa study ke sana. kiat2nya seperti apa ya kak?

    saya sangat ingin sekali bisa study kesana cuman saya tidak punya informasi tentang itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. hallo diah :)
      dulu kakak ikut program homestay atau au pair. Jadi kita bisa belajar bahasa dan budaya mereka, karena tinggal bersama dengan orang tua asuh. Bisa dibaca di postingan blog kakak ini mengenai au pair ya. Semoga membantu. Terima kasih sudah mampir blog kakak. :)

      Delete